Jika usia kita sangat singkat, maka itu berarti amal sholih kita pun sangat sedikit pula. Marilah kita berhitung mengenai umur kita, berkenaan dengan amal yang kita telah buat. Sejak bayi sampai usia baligh, yang rata-rata ambil ukuran 14 tahun, itu berarti 14 tahun usia kita berlalu tanpa hitungan amal sholih ( sebab masih kanak-kanak ). Dan, jika setiap harinya kita rata-rata bekerja mencari nafkah untuk diri dan ahli keluarga selama delapan jam per-hari, maka sepertiga dari hari kita telah digunakan untuk bekerja. Jika usia kita 60 tahun, berarti selama hidup masa bekerja adalah 20 tahun lamanya. Kemudian jika kita tidur rata-rata delapan jam sehari, itu berarti sepertiga hari kita gunakan untuk tidur pula. Berarti masa 20 tahun usia kita habis untuk tidur saja.
Jika kita total amal kita selama hidup 60 tahun, maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
- Masa kanak-kanak 14 tahun berlalu tanpa amal sholih yang berarti.
- Masa bekerja 20 tahun dari 60 tahun usia kita, juga berlalu tanpa amal sholih yang berarti pula.
- Sementara masa yang digunakan untuk tidur menghabiskan waktu 20 tahun lamanya.
Alangkah mengerikannya jika dihari kiamat nanti 54 tahun umur kita hanya berisi dalam buku catatan amal dengan amalan bermain-main masa kanak-kanak, bekerja dan tidur saja. Tinggal enam tahun sisa umur di luar tiga masa tersebut. Coba kita hitung berapa jam pula sehari yang kita gunakan untuk bermacet-macet dalam perjalanan, nonton tv, membaca Koran, bercanda dan bersenda gurau dengan keluarga serta teman-teman, buang air besar dan buang air kecil. Jangan-jangan total usia yang kita gunakan untuk beribadah dan berbakti kepada Allah paling-paling hanya dua tahun saja dari total usia kita 60 tahun itu.
Betapa malunya kita jika kelak di Padang Masyar setelah hari Kiamat, dibariskan bersebelahan dengan umat-umat dahulu yang umur mereka ratusan tahun, pasti mereka akan menghina kita karena merasa kita tidak pantas berdiri sejajar di sebelah mereka, sebab amal sholih kita sangat sedikit dibandingkan dengan amal mereka.
Hal ini pernah membuat Rasulullah risau dan menangis, seraya beliau berdoa kepada Allah: “Ya Allah janganlah engkau hinakan kami di hari kiamat”.
Atas doa dan kerisauan nabi dengan keadaan umat beliau, seperti yang digambarkan di atas, maka dengan kasih sayangnya Allah, umat akhir zaman ini diberi sebuah jalan pintas untuk mengalahkan umat-umat terdahulu dalam menumpuk amal dengan memberi umat ini sebuah malam yang disebut “Lailatul Qadar”. Malam qadar ini khusus diturunkan Allah setahun sekali dalam bulan Ramadhan yang agung saja. Hal ini termaktub dalam penggalan hadis nabi yang berbunyi: “Wahai sekalian manusia, telah datang kepadamu satu bulan yang sangat agung, yang penuh dengan keberkatan di mana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan”. (HR. Ibnu Khuzaimah, Shoheh).
Betapa beruntungnya umat ini. Dengan rahmat Allah, jika umat ini beramal pada malam qadar itu, maka bayaran yang akan diperoleh adalah setara dengan amal seribu bulan, atau serupa dengan amal 83 tahun lamanya. Nah, andai saja seumur hidup seseorang dapat beramal pada malam qadar itu sebanyak sepuluh kali saja, maka orang itu tidak perlu lagi takut dihina umat terdahulu, sebab kadar amalnya setara dengan 830 tahun. Padahal umur orang itu yang sebenarnya hanya 60 tahun saja. Subhanallah……!
Pantaslah kiranya, nabi pernah bersabda bahwa tidak boleh umat manapun memasuki surga Allah, sebelum umat nabi Muhammad memasukinya terlebih dahulu. Tentu saja umat nabi yang dimaksud disini adalah umat yang seumur hidupnya taat kepada Allah, dan sering mendapatkan lailatul qadar sebagai “time turnel” , yakni jalan pintas amal yang dahsyat itu.
Untuk mendapatkan malam Qadar, nabi telah bersabda: “Carilah lailatul qadar itu pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari)
Dalam hadis yang lain dari Anas bin Malik dia telah berkata: “Ketika bulan Ramadhan tiba, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya telah tiba bulan ini di hadapan kamu, di mana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang dari mendapatkan malam itu, maka sesungguhnya orang itu telah terhalang dari segala kebaikan. Dan tidaklah seseorang itu terhalang dari kebaikan kecuali dia benar-benar orang yang sial”. (HR. Ibnu Majah)
Semoga kita dapat menjaga malam yang penuh berkah itu dengan menjaga amal sholih kita selama bulan Ramadhan terutama pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yang agung ini.
Wallahu A’lam
sumber : ustd tengkuzulkarnain
Ditulis Oleh : Unknown ~ Tips dan Trik Blogspot
Artikel tentang Apa Hebatnya Lailatul Qadar
Judul: Apa Hebatnya Lailatul Qadar
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 155 user reviews.
Tulisan ini menarik? Copas permalink ini blogmu donk!
Judul: Apa Hebatnya Lailatul Qadar
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 155 user reviews.
Tulisan ini menarik? Copas permalink ini blogmu donk!
No Responses to "Apa Hebatnya Lailatul Qadar"
Posting Komentar